Tugas Psikologi Kesehatan


Dalam perkuliahan semester 6 aku mendapatkan mata kuliah Psikologi Kesehatan, dan salah satu tugas yang menjadi nilai UAS waktu itu adalah menemukan masalah penyimpangan perilaku yang berdampak pada kesehatan. Topik dari masing-masing anak haruslah berbeda. Tantangannya, artikel yang dibuat harus di upload ke facebook dan minimal mendapatkan like sebanyak 100. Spontan saja aku mengangkat topik LGBT, karena di Surabaya sendiri perilaku tersebut masih banyak bahkan terbentuknya komunitas sejenis (Informasi ini aku dapetin dari salah satu temenku yang penelitiannya terkait LGBT di Surabaya). 
Okaaayuk simak ye..

LGBT ; ABNORMALITAS ATAU LIFESTYLE? 

 Lesbian Gay Bisexual Transgender atau yang lebih dikenal dengan sebutan LGBT merupakan suatu gambaran serius yang ada dimasyarakat sekarang ini. Dikatakan serius karena di masyarakat perilaku ini dianggap sebagai suatu penyimpangan orientasi seksual. LGBT di Indonesia sendiri sebenarnya telah ada sejak era 1960-an dan terus berkembang hingga meledak pada era 2000 hingga sekarang. Lantas, mengapa LGBT yang notabene dianggap menyimpang namun tetap berkembang hingga sekarang ? Pada tulisan ini, saya ingin mengulas beberapa hal terkait LGBT yang menjadi sorotan publik terkait apakah perilaku tersebut dikarenakan abnormalitas atau dipandang sebagai gaya hidup yang wajar. 

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorde, American Psychiatric Association mengatakan bahwa suatu keadaan psikologi dapat dikatakan sebagai gangguan mental hanya bila keadaan tersebut mengakibatkan penderitaan yang parah atau disabilitas. Sementara itu, di Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga menyebutkan bahwa orientasi seksual bukan gangguan kejiwaan. Dari sini dapat terlihat jelas bahwa LGBT tidak termasuk gangguan jiwa dan kebanyakan dari mereka merasa tidak perlu merubah orientasi seksualnya karena hal tersebut nyaman bagi dirinya.

Pada awalnya sempat terfikir oleh saya berada dipihak PRO LGBT. Saya beranggapan bahwa setiap individu memiliki kapasitas kenyamanan yang berbeda. Begitu pula dengan mereka yang tertarik dengan sesama jenis. Bahkan saya merasa mereka yang LGBT perlu dilindungi dari stigma masyarakat yang beranggapan bahwa kejiwaannya tidak normal, entah itu dengan mendirikan LSM sebagai dukungan bagi kaum LGBT atau hanya sekedar mendukung hal tersebut. Entah hal apa yang melandasi munculnya gagasan tersebut, namun dibenak saya hanya ingin melindungi bagi mereka yang dominan dianggap menyimpang.

Terlepas dari alasan tersebut, apa yang saya fikirkan untuk melindungi kaum LBGT berbalik 180 derajat dari cara yang ingin saya lakukan. Mungkin benar bahwa kaum LGBT harus dilindungi, namun tidak dengan cara mendukung perilaku tersebut melainkan dengan tidak membiarkan adanya LGBT pada lingkungan masyarakat. Tepat ketika saya memasuki bangku perkuliahan, beberapa materi yang saya dapatkan terkait kesehatan reproduksi membuka jalan fikiran saya. Meskipun ada rasa kepuasan pada kaum LGBT, namun tetap hal tersebut akan berdampak pada status kesehatan mereka.

Jika bertanya mengenai faktor penyebab dari LGBT sendiri tentu tidak hanya satu jawaban. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan LGBT seperti latarbelakang oleh faktor pola asuh orangtua, faktor imitasi lingkungan ataupun faktor keterbatasan ekonomi. Namun, banyak penetilitian yang mengemukakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh faktor biologis individu. Ketika seseorang tidak nyaman atau tidak puas dengan identitas seksual yang dibawanya sejak lahir, maka ia akan merasakan ketidakcocokan antara bentuk fisik dan kelamin sehinnga menyebabkan seseorang berperilaku LGBT.

Sekarang, bukan saatnya saya berpendapat lagi mengenai PRO atau KONTRA terhadap perilaku LGBT ini. Hanya saja, sebagai mahasiswi dengan basic kesehatan saya mengetahui benar bahwa hal tersebut merupakan perilaku yang tidak sehat dan sebagai penerus generasi bangsa saya akan terus menganut pada nilai-nilai pancasila dengan mengatakan bahwa perilaku tersebut jelas bukan label negara Indonesia yang menetapkan sebagai perilaku yang menyimpang. Sebagai calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang dapat saya lakukan yaitu dengan tidak men-judge kaum LGBT namun terus melakukan upaya promotif dan preventif agar perilaku tersebut dapat diminimalisir.
 Jadi, ketika berbicara apakah perilaku LGBT itu merupakan abnormalitas atau lifestyle maka tergantung bagaimana cara pandang masyarakat menilai hal tersebut. Yang jelas, telah disebutkan oleh ilmuan psikologi bahwa LGBT tetaplah merupakan gangguan orientasi seksual. Pada Undang-Undang juga dijelaskan bahwa perilaku abnormalitas bukan berarti mengingkari hak asasi manusia (HAM) kaum LGBT. Sebab, satu-satunya nilai kemanusiaan yaitu dengan cara menghargai.

oleh : Devy Mulia Sari
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terimakasih tetap bertahan

Assalamualaikum Jogja 2

Magang