Terimakasih tetap bertahan

4 February, World Cancer Day



Ibu pernah bilang, ketika orang terdekat kita sakit, itu berarti ujian sekaligus ladang amal bagi kita. Ujian karena merawat orang sakit perlu kesabaran, ladang amal sebab menolong dengan keikhlasan insyaAllah berkah. Tidak hanya orang terdekat, orang terjauh pun termasuk dalam kategori ini. Kita semua pasti paham betul soal empati dan simpati.

Tepat satu tahun lalu di bulan Februari, hasil tes di Samarinda menunjukan ibu divonis kanker serviks stadium 2A .
Aku tahu benar bagaimana ketakutan ibu saat itu, namun tidak ada setetes air mata pun yang ia perlihatkan pada kami. 

Kanker yang begitu jahat, bahkan tidak memberikan sedikit gejala kepada penderitanya. Ibu tidak merasakan sakit, bahkan ibu sangat produktif melakukan pekerjaannya keluar kota. Hingga akhirnya ibu memutuskan mengambil cuti kerja untuk melakukan pengobatan di Surabaya. Saat itu, hanya ayah yang menemani ibu untuk melakukan pengobatan di Surabaya. Sedangkan aku dan adik harus stay di Berau, karena adik harus mempersiapkan UN dan aku sendiri juga harus mengurus berkas persiapan S2.

Bagimana perasaan mu sebagai anak mengetahui wanita yang melahirkan mu sakit dan kau tidak bisa disisinya saat itu? Hancur sudah pasti, marah bukan lagi. Tidak ada malam tanpa sujud dan air mata sejak itu. Ah Tuhan, jika kau Rindu padaku kenapa harus Ibu? Setiap hari ayah selalu memberikan kabar bahwa ibu masih baik-baik saja sampai saat melakukan tes kembali di Surabaya, kanker tersebut sudah mencapai stadium 2B. Tidak ada pilihan lain, operasi pengangkatan rahim harus dilakukan.

24 Maret 2018

Hari ulang tahun ibu, yang mana aku dan adik sebelumnya sudah jauh hari mempersiapkan kado dan kue tart menyambut kedatangan ibu. Tapi ternyata H-2 ayah mengabarkan bahwa 24 Maret ibu harus melakukan operasi.  

Ayah menelpon bahwa ibu masuk ruang operasi pukul 13.00. Untuk kali pertama, bukan lagi kejutan kado dan kue melainkan bibir yang tak berhenti berdoa, dan tangan yang terus menengadah saat itu. Hari sudah semakin sore, tapi belum juga ada kabar dari ayah. Hingga pukul 16.00 ayah belum juga kunjung memberikan kabar. Panik tentu saja, namun aku yakin ibu akan kuat jika disini kami juga kuat. 

Sekitar pukul setengah 6 sore, ayah baru menelpon tapi perasaanku begitu takut untuk mengangkat telepon ayah dan akhirnya adik yang menjawabnya. Ayah menjelaskan bahwa ibu sudah selesai operasi, namun saat ini belum sadarkan diri mungkin karena obat biusnya. Sebentar lagi InsyaAllah sadar. Ayah lagi lagi mencoba menenangkan kami. 

Aku baru dapat berkomunikasi dengan ibu sehari pacsa operasi ibu. Ibu yang awalnya tidak merasakan sakit sedikitpun kini harus terbaring lemah bahkan ibu juga harus melakukan kemo dan radiasi sebanyak 30 kali. 

Sangat sulit untuk melewati semua ini,  namun aku percaya Tuhan tidak pernah salah memilih hambanya, karena Ia begitu mengetahui kemampuan kita untuk menghadapi semuanya. 

Alhamdulillah kini ibu sudah melewati terapi yang begitu kejam dengan menggerogoti badan ibu, dan saat ini ibu sudah memutuskan untuk pensiun dini. Ibu akhirnya kini tinggal di Surabaya bersama aku dan adik yang juga kuliah di Surabaya.

Check up rutin selalu ibu lakukan untuk mengetahui kondisi lanjutan ibu. Dan aku sangat bersyukur Tuhan masih memberikan kesempatan untuk menjaga dan merawat ibu. Terimakasih ibu karena sudah begitu demi kami.

Aku juga berterimakasih pada setiap orang yang pernah memberikan kami doa, semangat dan kekuatan untuk tetap sabar dan ikhlas dalam kondisi apapun :))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Assalamualaikum Jogja 2

Assalamualaikum Jogja